Membangun sebuah usaha bisnis online start-up memang tidak mudah seperti yang telah kami ceritakan di artikel ini. Setelah product launching, bukan artinya pekerjaan seorang entrepreneur sudah selesai. Namun, itu adalah momen yang paling penting dan hectic bagi entrepreneur tersebut , karena setelah sebuah produk masuk ke market, saatnya bagi mereka memasarkannya untuk menunjang hidup perusahaan mereka. Tentunya, banyak tantangan baru yang telah menunggu pada saat seorang entrepreneur mencapai titik tersebut.
Seperti yang dijelaskan pada artikel blog KissMetric yang saya baca, seorang entrepreneur harus memastikan beberapa hal agar bisnisnya dapat menjadi solusi untuk kebutuhan target marketnya. Apalagi jika sudah mulai berbicara mengenai, “Bagaimana cara mendapatkan ribuan clients?”
Seperti yang kita semua ketahui, ribuan clients tidak akan muncul begitu saja. Ribuan clients akan muncul dari satu client pertama dan berlanjut kepada client-client berikutnya. Permasalahan bagi entrepreneur yang baru saja memulai bisnisnya adalah, “Bagaimana cara mendapatkan client pertama?”
Mulai dari push marketing dan pull marketing, banyak cara yang dapat diterapkan seorang entrepreneur untuk mendapatkan client .
Cerita mengenai mendapatkan client di awal usaha adalah cerita yang paling tidak terlupakan bagi setiap entrepreneur. Baik dari segi perjuangan mendapatkannya, hingga pengalaman menangani kebutuhan client pertama. Saya sendiri sebagai seorang entrepreneur, merasakan hal yang sama, pengalaman mendapatkan client pertama sangat unik. Emotional ketika mendapatkan client pertama, pahit perjalanannya.
Klien Pertama Sribu!
Client pertama Sribu adalah Raja Elektronik yang setahun kemudian berubah menjadi Arjuna Elektronik. Raja Elektronik adalah perusahaan yang menjual produk elektronik seperti mesin cuci, televisi, vaccum cleaner dan lainnya dengan sistem kredit atau cicilan.
Karena pada saat itu konsep crowdsourcing masih baru, banyak orang yang masih belum mengerti cara kerja crowdsourcing dan produk Sribu termasuk client pertama kami ini. Pada waktu itu Ronald, owner dari Raja Elektronik membutuhkan brosur desain yang baru dan setelah saya coba menjelaskan mengenai Sribu melalui telepon, kami akhirnya sepakat untuk bertemu.
Kami ketemu di cafe daerah Daan Mogot. Saya bawa Ipad dan notebook untuk mencatat kebutuhan dan brief desain brosurnya. Setelah menceritakan bagaimana cara kerja Sribu, Ronald cukup impressed dengan cara kerja dan juga jumlah desainer yang kami miliki saat ini (kami memiliki 2.000 desainer saat itu). Setelah meeting tersebut, Ronald tidak langsung meng-order, namun kami ada follow up lagi beberapa kali via telepon sebelum akhirnya yakin untuk order desain brosur melalui Sribu.
Ketika order atau yang Anda lebih familiar dengan istilah kontes jalan (kami biasa menyebutnya dengan istilah kontes), saya sempat sangat takut sekali. Bagaimana jika hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan? Bagaimana jika jumlahnya tidak banyak? Bagaimana jika prosesnya terlalu susah?
Untungnya setelah kontes selesai, desain yang dihasilkan oleh komunitas desainer kami sebanyak 106 desain! Untuk melihat kontes-nya dapat menuju ke halaman kontes Brosur Raja Elektronik
“In the business world, everyone is paid in two coins: cash and experience. Take the experience first; the cash will come later.” – Harold S. Geneen
Saya sangat setuju dengan pernyataan dari Harold S. Geneen di atas. Meski pun secara materi saya tidak mendapatkan keuntungan pada kontes pertama yang dijalankan Sribu, namun saya merasa bahwa pengalaman ini adalah baby steps atau langkah awal yang sangat berharga dan menjadi langkah awal mengembangkan Sribu.
10 Pelajaran Pahit yang Saya Dapatkan
Client pertama (Arjuna Elektronik) kami dapatkan 3 bulan setelah Sribu berjalan, dan 30 clients selanjutnya dalam 6 bulan setelahnya. Angka yang tergolong sangat kecil bagi usaha bisnis online dimana membuat bisnis scaling adalah fokus utama. Apa yang terjadi? Apa saja yang menyebabkan sebegitu susahnya mendapatkan client? Pengalaman pahit apa saja yang dilewati?
1. Tidak Fokus
Pada saat itu, saya sendiri tidak fokus untuk mendapatkan client karena takut bahwa desainer yang sudah join akan merasa bosan apabila tidak ada aktivitas di Sribu. Maka waktu itu kami banyak menghabiskan waktu untuk ‘keep the desainer happy‘ dengan cara membuat dummy kontes dengan uang sendiri atau posting-posting content di social media.
Padahal seharusnya saya tidak perlu sampai melakukan hal itu. Sama seperti CEO Jualo melalui salah satu artikel di Tech in Asia di sini, saya hanya perlu fokus untuk dapat mendapatkan client. Dengan melakukan hal itu, saya yakin saya bisa mendapatkan client pertama Sribu dalam waktu yang lebih singkat.
2. Memulai dari Orang yang Belum Dikenal
Usaha bisnis online Sribu mendapatkan client pertamanya pada bulan ketiga setelah diluncurkan. Sangat lama, bukan? Ya, hal ini terjadi bukan hanya karena saya tidak fokus dalam mencari client. Tapi juga karena saya menggunakan strategi marketing yang kurang tepat.
Upaya mendapatkan client pertama dalam 3 bulan tersebut adalah berusaha mendekati orang-orang yang tidak saya kenal melalui kegiatan usaha bisnis online marketing.
Namun, setelah Ronald menutup kontes pertama Sribu, saya terpikir, mengapa saya tidak menghubungi orang-orang yang ada di dekat saya saja? Dan begitu saya mencoba menghubungi teman dan saudara, saya malah mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada saya mencoba meraih pelanggan yang tidak saya kenali.
3. Tidak Melakukan Riset
Riset adalah hal pertama yang harus dilakukan seorang entrepreneur untuk menjalani usaha bisnis online sebelum melakukan sesuatu, terutama untuk kegiatan marketing (untuk menghindari kegagalan dalam bisnis, penting untuk melakukan riset sebelum memulai bisnis) . Kita semua pasti tau, biaya untuk melakukan kegiatan marketing tidaklah sedikit. Namun pada saat itu, saya tidak melakukan riset dan malah mencoba semua marketing channel. Seperti menembak dengan mata tertutup dengan harapan bisa mengenai target, namun hasilnya pun 0 besar. Tidak ada kegiatan marketing yang sukses pada saat itu.
Sebenarnya, melakukan riset tidaklah serumit yang Anda bayangkan. Anda bisa melakukan riset kecil-kecilan seperti mengamati strategi marketing bisnis lain yang Anda anggap berhasil atau melakukan survey.
4. Menjalankan Kegiatan Online Marketing yang Tidak Cocok untuk Sribu
Pada saat itu, saya tidak mengerti tentang apa pun. Saya hanya menjalankan apa yang baru saja saya ketahui. Waktu itu saya mencoba online push marketing dengan menggunakan Google Display dan Facebook Ads yang berakhir tanpa konversi. Ini semua bukan hanya masalah uang, namun juga waktu yang banyak dihabiskan untuk mengerjakan dan menunggu hasil dari iklan ini.
Bagi Anda yang belum mengerti apa itu push marketing, push marketing adalah salah satu jenis kegiatan marketing yang mendekatkan perusahaan dengan pelanggan secara langsung dan cenderung lebih agresif.
Usaha bisnis online yang ditawarkan Sribu adalah jenis jasa yang hanya akan digunakan ketika sedang dibutuhkan. Sehingga ada beberapa jenis kegiatan online marketing yang tidak akan sesuai untuk Sribu gunakan.
5. Mencoba Segala Kegiatan Offline Marketing
Karena Sribu adalah pioneer dalam bisnis crowdsourcing di Indonesia, maka saya mencoba semua marketing channel yang ada. Salah satu kegiatan marketing yang kami coba adalah canvassing; membagikan brosur Sribu di jalan. Dengan melakukan hal tersebut, kami baru mengerti betapa susahnya mengkonversi offline users untuk menjadi online customers.
6. Terburu-Buru dalam Mencari Klien Besar
Siapa sih yang tidak ingin menghandle brand ternama sebagai client? Dengan menghandle brand ternama sebagai client, trust level perusahaan bisa meningkat, perusahaan pun juga bisa menjadi semakin dikenal karena berbagai sorotan yang didapatkan oleh client dengan brand besar tersebut. Namun sayangnya, mendapatkan brand besar sebagai client tidaklah mudah. Sribu sendiri baru bisa mendapatkan Rice Bowl sebagai client setelah 6 bulan Sribu launch dan melalui pitching yang menghabiskan cukup banyak waktu.
7. Ketidaksiapan dalam Memberi Penjelasan
Terms crowdsourcing (bisnis dengan sistem crowdsourcing masih sangat baru) masih sangat baru. Tentunya sangat sulit bagi saya untuk menjelaskannya kepada orang awam. Pada saat itu saya menjelaskan semua detailnya sehingga membuang banyak waktu. Setelah melewati beberapa bulan berjalan, saya berpikir bahwa saya sebenarnya hanya perlu menjelaskan bahwa Sribu adalah perusahaan yang memberikan jasa desain.
Memberikan penjelasan kepada orang awam mengenai bisnis yang dijalankan memang bukanlah hal yang mudah. Namun, ketidak-siapan dalam menjelaskan sesuatu (apalagi presentasi seputar perusahaan) tentu bisa semakin membuatnya semakin sulit.
8. Menghabiskan Banyak Waktu untuk Meyakinkan Calon Pelanggan
Sebagai perusahaan baru yang masih belum memiliki pelanggan dan juga portofolio perusahaan, saya harus meyakinkan calon client untuk menggunakan jasa desain dari Sribu. Saya menghabiskan banyak waktu untuk menjelaskan banyak hal agar calon client percaya bahwa nantinya akan mendapatkan desain yang sesuai dengan keinginannya.
Pengalaman ini membuat saya sadar akan pentingnya product knowledge. Selain itu, kesabaran dan kecermatan dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh calon client sangat diperlukan agar calon klien client Anda bisa mempercayakan uang yang dimilikinya kepada Anda untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
9. Melakukan (Hampir) Apa Saja untuk Mendapatkan Klien Pertama
Sebagai lanjutan cerita pada poin sebelumnya, saya pun nekad melakukan apa saja untuk mendapatkan client pertama Sribu. Ketika sampai di kantor Ronald dan berdiskusi, ternyata budget yang disiapkan hanya Rp 600.000 sementara minimalnya untuk order desain brosur adalah Rp 1.500.000 (Rp 1.200.000 untuk desainer yang menang dan Rp 300.000 profit Sribu) pada saat itu. Jadi terpaksa saya nombok Rp 600.000 demi mendapatkan client pertama dan tanpa profit 🙂
10. Kesabaran yang Tinggi dalam Merintis Start-Up
Kantor Ronald berlokasi di Daan Mogot Jakarta Barat, sedangkan saya sendiri berlokasi di Gandaria Jakarta Selatan. Untuk melakukan perjalanan tersebut dibutuhkan waktu sekitar 2 jam, sehingga saya menghabiskan hampir seluruh jam kerja saya untuk mempresentasikan produk Sribu bernilai IDR 1.500.000. Selain itu, saya juga di usaha bisnis online Sribu ini harus tetap menjalankan kontes pertama Sribu yang harus saya tanggung sebagian biayanya.
Semua hal tersebut tentu membutuhkan kesabaran ekstra. Namun saya yakin bahwa segalanya akan berubah menjadi lebih baik jika seorang entrepreneur bisa sabar dalam melewati setiap milestone yang ada.
Pengalaman ini tentu tidak hanya dirasakan oleh saya, namun juga entrepreneur lain yang memiliki bisnis pada bidang yang berbeda. Namun saya yakin bahwa setiap pengalaman pasti memiliki nilai positif yang dapat dipelajari bagi entrepreneur untuk mengembangkan usaha bisnis online.
~ Don’t stop and keep learning.
Semangat. Semoga sukses.
@Syaiful: Terima kasih atas dukungannya!
anda bisa berkunjung keprsh kami…sdr Ryan
Om Ryan kreatif bangget,,,sukses om,,hehehe
@Sofyan Designer: Terima kasih, sukses juga selalu!
Luar biasa sharing pengalamannya!
Sharing tak pernah rugi.. dan selalu membawa keberuntungan 🙂
mantap deh….thanks atas infonya….GBU
@agnes: Terima kasih Agnes! Sukses terus di dalam bisnis Anda 🙂
@hamerdinpratama:disqus: Terima kasih :). Sukses terus juga untuk karir Anda!
Makasi banyak Mas Ryan, so inspiring =) semangaatt
@nuruldiasmarani:disqus: Terima kasih atas komplimennya dan telah membaca artikel ini 🙂
@Dhuta: Terima kasih atas reply-nya! Saya ada reply balik sebelumnya…namun ternyata tidak terkirim. Cerita yang sangat inspiratif mas Dhuta. Memang jadi entrepreneur tidak boleh patah semangat dan harus berusaha. Sedikit tips dari saya….usahakan work hard berubah jadi work smart :). Anda akan merasakan banyaknya waktu yang dapat kita save dan bekerja jadi sangat efisien
Yes mas. Work hard & work smart.
@Dhuta @nanonimoscom:disqus: Bisa cek juga artikel terbaru kami: http://blog.sribu.com/2015/04/22/pivoting-dari-sribu-ke-sribulancer/
Slam kenal mas,..Salut,.. (Y)
@Dot Mukhammad: Salam kenal dan terima kasih telah membaca artikel kami ini mas 🙂
ini artikel sribu yg paling saya sukak daripada artikel2 terjemahan lain. terima kasih sudah berbagi
@bungiwan:disqus: Terima kasih atas supportnya mas Iwan 🙂
Menurut saya, Mas Ryan salah satu dari sedikit founder yang tulus dan transparan mau menceritakan lika liku perjalanannya membangun bisnis.
Sukses terus mas, untuk sribu & sribulancer! :))
@nanonimoscom:disqus: Terima kasih for the kind word :). Sukses terus juga mas Nanonimos!
Semangat terus mas @dhuta
pengalaman yang inspiratif sekali. Keep smile Mas Ryan 🙂 🙂
@farkhanyuansya:disqus: Terima kasih mas Farkhan :). Senang bahwa pengalaman saya ini dapat membantu lebih banyak founder ke depannya.
pengalaman hebat
@masri:disqus: Terima kasih mas 🙂
salut …sukses untuk sribulancer, pengalaman ini sangat berharga
@fris: Terima kasih atas komplimennya :). Sukses terus juga di usahanya!
Inspiratif, menambah semangat kami yang juga sedang merintis startup 🙂 Terima kasih sudah berbagi pengalaman, Mas Ryan.
@bryantara:disqus: Senang dapat membantu mas :). Sukses terus!
Kalau ada kebutuhan freelancer, bisa cek produk kedua kami: http://www.sribulancer.com
keren mas…salam kenal ya 🙂
@deddyrahman:disqus : Terima kasih atas komplimennya :). Salam kenal juga mas.
kak mau join bisa gk
join apaan nih mksudnya?
halo, hai!
Saya senang baca artikel ini dan paling setuju dengan poin 9.
thanks sudah membuat dan share artikel se-informatif ini.
😀
@charlinaluffy:disqus: Terima kasih atas komplimennya! Bisa baca juga artikel kami lainnya: http://blog.sribu.com/2015/04/22/pivoting-dari-sribu-ke-sribulancer/
Halo @Charlina Luffy 🙂
Terima kasih sudah membaca artikel kami. Tunggu artikel kami selanutnya, ya! 🙂
emang sesuai dengan saya alami pada point 1 dan 7, tetapi sayangnya saya sebagai desainer (bisa dibilang pemula) bukan entrepneur dan saya masih belum tahu apa yang diinginkan oleh marketing saya soal portofolio maupun desain konsep dan saya juga masih belum tahu apa maksud dari marketing tsb karena juga sulit berkomunikasi dan bersosialisai…..ada solusinya…?