9 Dari 10 Ahli Menganjurkan Trik Marketing Ini

framing effect

Siapa yang tidak familiar dengan tagline di atas?

Kita sangat sering menemukan kalimat serupa di iklan dan kemasan pasta gigi.

“Direkomendasikan oleh 9 dari 10 dokter gigi”

Hal ini sudah menjadi standar produk serupa, sehingga banyak brand menggunakan trik ini untuk menarik konsumen.

Ketika melihat kalimat ini, muncul sebuah pertanyaan di kepala saya: “Bagaimana dengan si 1 dokter sisanya?”

Direkomendasikan 9 dari 10 dokter = Tidak direkomendasikan 1 dari 10 dokter, kan?

Karena keduanya memiliki arti yang sama, kenapa brand-brand pasta gigi tidak menggunakan kalimat kedua — bukan rekomendasi — sebagai tagline produk mereka?

Setelah saya pikirkan lebih dalam, saya paham mengapa pilihan pertama diambil.

“Tidak direkomendasikan oleh 1 dari 10 dokter gigi” justru akan membuat kita tidak ingin membeli produk tersebut.

CARA PENYAJIAN BISA MEMPENGARUHI PERSEPSI

Dalam dunia psikologi, fenomena ini dikenal dengan istilah efek framing (framing effect).

Teori ini menyebutkan bahwa perbedaan penyajian 2 informasi yang memiliki arti yang sama bisa memiliki pengaruh kuat terhadap pandangan/keputusan seseorang.

Framing effect illustration

Bisa dilihat ilustrasi di atas menyampaikan 2 info yang sama mengenai diskon produk.

Namun, efek framing akan membuat audiens lebih tertarik membeli produk kanan karena mereka tahu jumlah spesifik uang yang akan mereka hemat.

Ini adalah beberapa cara penerapan efek framing yang paling sering digunakan oleh marketer dalam mengiklankan produknya.

Secara keseluruhan, pakar psikologi menyebutkan ada 5 cara trik ini bisa diterapkan:

1. Frame Keuntungan (Gain Frame)

Semua orang ingin mendapatkan keuntungan, oleh karena itu mereka akan tertarik terhadap suatu produk yang bisa memberikan manfaat positif yang spesifik.

“Turunkan berat badan hingga 10kg dalam beberapa hari”

vs

“Badan lebih ideal hanya dalam itungan hari.”

2. Frame Kerugian (Loss Frame)

Di sisi yang lain, orang-orang pun akan takut merasa rugi dan akan selalu ingin menghindarinya.

Frame kerugian dan keuntungan pun seringkali dikenal sebagai frame negatif dan positif

“Risiko komputer terkena virus meningkat 70% tanpa produk antivirus X”

vs

“Komputer lebih aman dengan perlindungan antivirus X”

3. Frame Temporal (Temporal Frame)

Kebanyakan orang lebih tertarik mendapatkan hadiah kecil sekarang, dibanding mendapat hadiah besar nanti.

Ini dikarenakan orang-orang kebanyakan tidak memiliki kesabaran untuk menunggu.

“Investasi bisa berkembang 10% dalam 1 tahun”

vs

“Investasi mengganda dalam kurun waktu 10 tahun”

4. Frame Nilai (Value Frame)

Suatu informasi bisa memiliki nilai berlebih jika sesuai dengan minat mereka secara pribadi.

“Pekerjaan sehari-hari lebih lancar dan cepat dengan laptop XXX”

vs

“Laptop XXX dengan fitur-fitur terbaru dari brand X”

5. Frame Tujuan (Goal Frame)

Produk bisa menawarkan sebuah solusi untuk masalah yang dihadapi oleh konsumen, oleh karena itu bagaimana dampak yang bisa dirasakan akan lebih menarik perhatian.

“Tidur semalaman bebas nyamuk dengan obat nyamuk X”

vs

“Basmi nyamuk dengan obat nyamuk X”

BISA DITEMUKAN DIMANA-MANA

Jika Anda mengunjungi supermarket terdekat, contoh penerapan teori ini pasti akan bisa ditemukan dengan mudah.

Salah satu yang saya temukan adalah keterangan di kemasan Kopi Luwak Less Sugar berikut ini:

kopi luwak less sugar packaging
Kopi Luwak Less Sugar

Cara lain menyampaikan produk “mengandung 30% gula lebih sedikit” adalah “mengandung 70% gula“.

Tapi terlihat jelas dari 2 opsi di atas bahwa opsi terpilih terdengar lebih menarik dan menjual.

Ini adalah contoh yang sama dengan skenario produk pasta gigi di awal pembahasan.

Pemilihan ini bukanlah sesuatu yang berdasarkan keberuntungan saja, para desainer dan marketer produk memahami bahwa ada cara menyampaikan informasi yang bisa meningkatkan daya tarik produk secara lebih besar.

Satu contoh lain yang sangat sering kita jumpai adalah pemilihan presentasi produk “premium”.

Seringkali, biaya produksi mengharuskan penjual memasang bandrol harga yang tinggi untuk produknya.

Mereka pun menyadari bahwa produk yang mahal saja justru akan membuat konsumen tidak tertarik untuk membeli.

Oleh karena itu, mereka seringkali mengubah info “harga mahal” ini dengan embel-embel seperti “produk premium” dan “produk eksklusif”.

Kemahalan produk yang sebelumnya menjadi kelemahan, bisa menjadi sesuatu yang memberikan nilai tambah produk hanya dengan cara penjual menyampaikan informasi tersebut.


Untuk menerapkan teori ini ke strategi marketing Anda, langkah yang harus dilakukan pun terbilang cukup mudah.

Produk memiliki 1 kelebihan? Pikirkan lebih dari 1 cara untuk menyampaikan info tersebut.

Produk memiliki kekurangan? Pikirkan lebih dari 1 cara untuk menyampaikan info tersebut.

Nilai apapun yang produk Anda miliki, pikirkan lebih dari 1 cara untuk menyampaikan info tersebut.

Ketika sudah memiliki opsi, Anda pun akan mampu menentukan varian mana yang paling menarik karena teori ini berlaku untuk semua orang, termasuk Anda.

Pilihan yang tepat bisa membuat produk Anda menjadi sesuatu yang istimewa bagi konsumen.

Pemilihan “bingkai” informasi ini bisa membuat lukisan — dalam bentuk produk Anda — terlihat lebih “indah” di mata orang-orang yang melihatnya.

Raski Santika
Raski Santika adalah Business Growth Consultant & Blog Editor Sribu. Melalui tulisannya, ia ingin bantu menginspirasi, mengedukasi, serta membantu para pemilik usaha & talent freelancer digital dari berbagai kalangan untuk terus berkembang.