Bagaimana Lakukan Problem Solving Lewat Akar Permasalahannya?

Hidup ini penuh tantangan. Kita semua pasti menghadapi rintangan saat  mencoba untuk mencapai tujuan dan impian. Bahkan, masalah yang muncul dalam kehidupan kita sehari-hari bisa sangat banyak.

Tapi itu tidak berarti Anda harus menyerah!

Sebaliknya, cobalah melangkah mundur dan mencari tahu akar penyebab masalah dan bagaimana Anda dapat mengatasinya.

Prosesnya sangat mirip dengan bagaimana dokter memperlakukan pasien mereka seperti yang saya sebutkan di artikel sebelumnya. Semakin baik Anda memahami gejala dan mengidentifikasi akar penyebabnya, semakin baik Anda mengembangkan solusi yang efektif.

Mari kita lihat bagaimana proses ini bekerja lewat studi kasus: Penjualan Anda yang rendah melalui social media.

Anda merasa frustasi karena sudah mencoba berbagai cara, dari post konten setiap hari, membuat konten seru, menjalankan iklan, tetapi masih belum berhasil juga. Cobalah ikuti langkah-langkah berikut.

Tulis Semua Potensi Akar Masalahnya

Dalam kasus ini, kita akan coba menggunakan sebuah logika sederhana seperti ini:

  1. Untuk bisa mendapatkan penjualan dari social media, calon pembeli harus follow akun bisnis Anda terlebih dahulu
  2. Setelah calon pembeli tertarik, mereka akan menghubungi Anda via DM atau WhatsApp
  3. Setelah itu, Anda harus meyakinkan mereka untuk membeli produk yang dijual

Dengan logika tersebut, Anda bisa membuat bagan seperti ini:

Dari bagan ini, mulailah dengan pertanyaan “Kenapa?” supaya Anda bisa mendapatkan informasi lebih dalam.

Menurut bagan ini, ada 3 pertanyaan yang bisa dijadikan potensi akar masalah:

  • Kenapa customer belum follow social media Anda?
  • Kenapa customer belum menghubungi via DM atau Whatsapp?
  • Kenapa customer belum membeli produk Anda?

Buat Hipotesa

Selanjutnya, buatlah hipotesa atau perkiraan berdasarkan pertanyaan tersebut. Kira-kira saja, apa alasan yang paling mungkin terjadi dari pertanyaan itu, meski Anda belum tahu pasti jawabannya.

Misalnya, Anda menjalankan iklan yang ditujukan kepada 10.000 calon customer. Lalu Anda berpikir bahwa tidak ada yang ingin follow karena tampilan desainnya tidak menarik. Hanya 15% atau 1.500 dari 10.000 orang yang akhirnya follow dari hasil menjalankan iklan.

Di samping itu, Anda merasa bahwa calon customer yang follow akun Anda sangat aktif untuk berinteraksi. Mereka selalu merespon setiap ada post baru, kuis, atau pertanyaan yang diajukan.

Anda mengestimasi sekitar 90% dari followers atau 1.350 dari 1.500 orang pada akhirnya menghubungi Anda terkait produk yang dijual. Setelah Anda coba untuk meyakinkan calon customer, sekitar 80% atau 1.080 dari 1.350 orang pada akhirnya membeli produk Anda.

Ingatlah bahwa yang membeli produk Anda hanya 1.080 dari 10.000 orang. Dari hipotesa ini, Anda bisa membuat bagan berikut:

Baiklah, dengan adanya hipotesa ini Anda mengambil kesimpulan bahwa Anda harus meningkatkan kualitas desain konten. 

Tapi tunggu dulu, ini masih berupa perkiraan. Sekarang saatnya Anda untuk melihat apakah hipotesa ini tepat atau tidak. Bagaimana caranya?

Cari Informasi dan Identifikasi Akar Masalahnya

Sekarang Anda cari informasi untuk mulai menganalisanya. Bagian ini penting agar Anda bisa membuat suatu keputusan pada akhirnya. Anda pasti masih ingat sebelumnya saya menarik 3 pertanyaan yang bisa dijadikan potensi akar masalah.

  • Apakah mereka sudah follow akun social media Anda?
  • Kenapa sudah follow, tapi tidak ingin menghubungi Anda?
  • Kenapa sudah menghubungi tetapi belum membeli?

Nah, Anda bisa tanyakan langsung ke pelanggan Anda 3 pertanyaan di atas. Gunakan cara efisien untuk mendapatkan data yang banyak misal dengan Google Form atau fitur vote di Instagram.

Dengan mendapatkan feedback langsung dari calon pelanggan, Anda akan mendapatkan hasil yang dalam dan bermakna. Anggaplah Anda sudah lakukan survey dan mendapatkan jawaban dari beberapa calon customer, seperti:

  • Saya suka dengan konten-kontennya. Sederhana namun semua informasi cukup jelas”
  • “Memang secara visual kontennya biasa saja, tapi cukup menarik minat saya untuk tahu lebih lanjut, apalagi banyak konten seru seperti kuis dan trivia.
  • “Kontennya informatif dan saya cukup berminat. Saya belum sempat menghubungi Anda via Whatsapp karena sibuk.”
  • “Saya berminat dengan produknya dan sudah menghubungi via DM. Tetapi respons adminnya cukup lama
  • “Kemarin saya sudah mau beli, sayangnya WhatsApp saya tidak dibalas. Jadi saya beli di tempat lain deh.”

Ingatkah Anda pada hasil hipotesa awal, Anda berpikir bahwa mereka tidak tertarik untuk follow akun Anda karena desain konten yang tidak spesial? Ternyata, itu bukanlah masalah utamanya.

Lalu, hipotesa kedua Anda tentang banyak followers Anda yang berminat dan ingin menghubungi Anda via DM dan Whatsapp ternyata sesuai dengan kenyataannya.

Nah, tapi Anda baru sadar bahwa layanan Whatsapp maupun DM Anda cukup lama dalam merespons, sehingga calon pelanggan membatalkan niatnya untuk membeli dari Anda.

Hipotesa awal Anda bahwa desain merupakan masalahnya langsung terbantahkan dengan hasil ini.

Dengan mengumpulkan informasi dan melakukan analisis, Anda sekarang menyangkal hipotesis dan sekarang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang akar penyebab mengapa penjualan tidak meningkat di social media.

Jika Anda menjalankan solusi berdasarkan hipotesa awal Anda, yaitu masalah desain konten, maka itu tidak akan meningkatkan penjualan dengan efektif.

Tapi dengan fokus pada akar permasalahan, yaitu lambannya respon  admin Anda via DM dan Whatsapp, maka Anda bisa merancang solusi yang tepat untuk memperbaikinya.

Terkadang, hipotesa awal kita memang berbeda dengan kenyataan yang terjadi.