Ep 4: From São Paulo, Starbucks To Pinterest

Selamat datang di episode SribuTalks ke-4.

Tekan tombol play di bawah atau klik di sini untuk memulai rekaman podcast. Kami juga sudah siapkan show note di bawah yang terdiri dari 3 poin pembahasan Podcast kali ini.

Selamat mendengarkan!

1. CoWorking Space Terbuka di Sao Paulo

Setelah 18 bulan dikurung oleh pembatasan pandemi virus corona, kota terbesar di Brasil Sao Paulo bernafas kembali, sebagian berkat coworking space terbuka.

Saat ini, banyak kantor yang sudah tidak lagi menyewa ruang kantor tertutup. Sudah banyak yang bekerja dari rumah (WFH), namun hal itu justru membuat banyak pekerja merasa bosan dan ingin kerja “di luar”.

Payung dan kursi geladak menghadirkan nuansa pantai ke ruang kerja bersama di Paulista Avenue Sao Paulo

Akhirnya, mulai bermunculan coworking space dalam keadaan terbuka di atap bangunan atau di bagian teras. Ini menjadi suasana baru bagi para pekerja supaya bisa menikmati bekerja diikuti dengan angin sepoi-sepoi.

Tak perlu pindah kota seperti warga Jakarta lakukan WFB (Work From Bali) seperti yang sempat dianjurkan pemerintah. Warga Sao Paulo cukup mendekorasi teras atau atap dengan payung parasol dan kursi, rasanya sudah seperti bekerja di pantai!

2. Nyaris Tidak Ada Starbucks di Australia!

Sangat mudah untuk menemukan kafe Starbucks hampir di mana saja di dunia, namun berbeda nasibnya dengan Australia. 

Pada tahun 2008, Starbucks justru menutup lebih dari 70% lokasinya yang berkinerja buruk dan hanya menyisakan 23 toko Starbucks di seluruh benua. Mengapa kesuksesannya tidak seperti yang terjadi di negara lainnya?

Budaya ngopi sudah mendarah daging sejak 1980. Sudah muncul beragam favorit lokal seperti Flat White & Australian Macchiato. Warga Australia justru sudah biasa nongkrong dan ngobrol dengan barista lokal.

Nah, Starbucks datang dengan membawa budaya Amerika di mana, ngopi bertujuan untuk melek di pagi hari. Menunya kebanyakan menggunakan gula. Kalau begini, jelas marketnya salah!

Seharusnya, Starbucks tidak menggebu-gebu untuk buka kedai baru melainkan buka perlahan sembari pelajari budaya Australia. Mulailah beradaptasi dan cari tahu apa yang sebenarnya customer cari.

Karena pada akhirnya, jika Anda berbisnis, sudah seharusnya Anda mengenal baik siapa audiensnya.

3. Evolusi Pencarian Menggunakan Pinterest

Siapa yang tidak menggunakan mesin pencarian seperti Google? Sudah biasa masyarakat menggunakan Google untuk mencari jawaban yang pasti. Cukup dengan mengisi search box dengan sebuah kalimat pertanyaan dan Google mengarahkan Anda ke beberapa halaman website dengan jawaban.

Beberapa riset mengatakan bahwa rata-rata pengguna Google menulis setidaknya 10 kata untuk mendapatkan jawaban pasti dari Google, namun agak berbeda dengan yang Pinterest lakukan.

Pinterest adalah sebuah mesin pencari berbasis virtual pinboard di mana Anda bisa mengunggah foto atau gambar dan dimasukkan ke dalam kategori-kategori (seperti folder). Caranya? Sama seperti Google, Anda memasukkan sebuah kata kunci di search box.

Lantas, seperti apa tampilan mesin pencari jika tidak ada satu jawaban yang benar?

Pinterest bisa menjadi layanan untuk memandu Anda menemukan ide saat Anda belum yakin apa yang Anda inginkan. Misalnya, mau masak apa hari ini? Ingin desain interior seperti apa? Pinterest akan mengeluarkan ribuan ide untuk Anda berbentuk gambar atau video.

Dari informasi ini, kita sadar bahwa di saat Anda sudah tahu ingin apa tapi tidak tahu cara aksinya, bisa tanyakan Google. Namun, apabila Anda belum menemukan ide atau sedang mencari inspirasi, kami rasa Pinterest adalah jawaban yang tepat cukup dengan 2-3 keywords saja.

Bagaimana menurut Anda? Apakah ada pendapat lain?

Tulis di kolom komentar di bawah ya!

Anda juga bisa klik tombol di bawah ini untuk dengarkan langsung lewat halaman Spotify SribuTalks:

Anda juga bisa ketik pertanyaan Anda di Google dan tambahkan Blog Sribu di akhir pertanyaan tersebut. Ini menunjukkan artikel terkait dari Blog Sribu, yang kualitasnya sudah tentu terjamin.