8 Alasan Yang Paling Sering Digunakan Ketika Menunda Pekerjaan

o-PROCRASTINATION-facebook

Menunda pekerjaan adalah musuh utama produktivitas kerja. Namun, ada perbedaan antara menunda pekerjaan dengan memerlukan waktu sejenak untuk berdiskusi, melihat pekerjaan dari perspektif lain atau melihat aspek lain dari pekerjaan tersebut. Itu semua tidak bisa dibiarkan ketika sudah mengintervensi produktivitas kerja Anda.

Terlebih, jika Anda adalah freelancer yang bisa bekerja dari rumah atau café, tidak akan ada atasan yang secara rutin memantau waktu bekerja Anda. Anda memiliki banyak peluang untuk menunda pekerjaan dan kemudian godaan menunda pekerjaan yang mengancam bagi pekerja lepas itu akan menjadi semakin kuat.

Akar dari penundaan yang dilakukan seringkali berawal dari pembenaran-pembenaran yang secara sadar maupun tidak sadar ‘dipatuhi’ sehingga membuat pekerjaan tidak selesai secara optimal. Berikut adalah beberapa pembenaran yang biasa dijadikan alasan untuk menunda pekerjaan:

1. “Kerjakan Besok Ah..”

Alasan ini selalu dipakai oleh anak-anak kecil dan cukup mengejutkan bahwa banyak pula orang dewasa yang ‘nyaman’ menggunakannya hingga sekarang. Padahal, ada pepatah yang mengatakan, “Jangan tunda sampai besok pekerjaan yang bisa diselesaikan hari ini.” Jalan terbaik untuk keluar dari godaan alasan yang seolah terdengar nikmat itu adalah motivasi diri Anda untuk menyelesaikan pekerjaan saat ini juga dan rayakan setelahnya dengan memberi diri Anda sendiri hadiah sederhana seperti makanan yang enak, kopi yang nikmat dan lain sebagainya. Jangan remehkan kekuatan dari memberi hadiah bagi diri sendiri setelah menyelesaikan pekerjaan yang melelahkan, karena itulah yang membuat banyak orang bertahan.

 

2. “Tidak Ada Waktu untuk Ini!”

Seorang pekerja professional memiliki banyak alasan untuk menunda pekerjaannya. Semua alasan itu tidak akan terdengar seperti alasan karena ia memiliki dalih sibuk. Setiap hari ia bisa menjadi orang yang datang paling pagi dan pulang paling malam karena pekerjaan yang seolah tidak pernah ada ujungnya.

Namun, itu menunjukkan ada yang salah dalam pola pikir seorang pekerja. Sebenarnya setiap orang selalu memiliki waktu untuk mengerjakan suatu hal, jika ia mau. Misalnya, alokasikan saja 10 menit di setiap pagi untuk melaksanakan tugas yang selama ini dianggap tidak pernah bisa dilakukan karena sibuk. Dengan begitu, progress akan terlihat, baik itu sedikit demi sedikit maupun secara pesat. Yang pasti, itu akan mengurangi beban kerja dan pikiran Anda. Sesederhana itu.

 

3. “Ah, Tugasnya Terlalu Banyak!!”

Proyek yang besar seringkali memakan ‘korban’. Ya, si pekerja itu. Ketika diberi proyek semacam itu, seringkali pekerja melihatnya sebagai monster ganas yang sangat besar yang harus dihadapi sendiri tanpa bantuan pahlawan super manapun. Dengan kata lain, beban kerja yang sebanyak itu secara alamiah akan dengan mudah membuat mental pekerja jatuh dan menunda pekerjaan yang seharusnya ia selesaikan itu.

Manusia diciptakan Tuhan lebih baik daripada tumpukan kertas ataupun beban kerja yang menggunung. Seorang pekerja harus bisa melihat beban kerja yang seperti monster itu dengan membaginya dalam bagian-bagian keccil. Artinya, bagian-bagian tersebut dapat disusun berdasarkan prioritas yang mesti diselesaikan dalam  proyek, sehingga tidak ada kepanikan dalam menyelesaikan satu pekerjaan untuk maju ke pekerjaan selanjutnya.

 

4. “Akan Kerjakan yang Itu Setelah Mengerjakan yang Ini”

Ketika dihadapkan pada dua pekerjaan, secara otomatis perhatian seorang pekerja akan terbagi. Pada fase ini, sangat penting untuk memiliki prioritas,. namun, bukan berarti Anda harus mengerjakan satu proyek tanpa menghiraukan proyek lainnya. Jika Anda memiliki dua proyek yang harus diselesaikan bersamaan di akhir bulan ini, Anda tentu tidak dapat terus menerus terpaku pada salah satu pekerjaan saja.

Solusinya adalah, tetap fokus pada proyek pertama akan tetapi mulai juga untuk menyelesaikan tugas-tugas awal atau dasar di proyek kedua. Anda sangat dianjurkan untuk beristirahat dulu selama 5-20 menit sebelum memasuki proyek kedua. Dengan begitu, ketika Anda selesai dengan proyek kedua, tidak akan sulit untuk menjaga momentum pekerjaan di proyek kedua yang sudah dicicil sejak awal.

 

5. “Tugas Itu Tidak Terlalu Penting”

Pembenaran sejenis ini sering dipakai dalam beberapa situasi. Pertama, ketika tugas yang harus dikerjakan bukanlah tugas bagian Anda. Dalam posisi itu, Anda terpaksa untuk mengerjakan pekerjaan tersebut sehingga itu dianggap tidak terlalu penting. Solusinya adalah, jika Anda masih bisa bernegosiasi tentang pekerjaan itu kepada atasan, maka tawarlah. Namun, jika tidak, lakukanlah pekerjaan itu, dan lebih baik dilakukan segera daripada nanti.

Sitauasi kedua adalah tugas ini adalah tugas sampingan dari tugas sehari-hari Anda. Tugas semacam ini seringkali menjadi “anak tiri” dalam rutinitas Anda. Namun, Anda mesti ingat bahwa debu-debu kecil yang lama tidak disapu akan menggunung dan mengganggu, begitupun dengan pekerjaan semacam ini. Maka, mulailah  menyicil pekerjaan sampingan itu.

 

6. “Aduh, Terlalu capek..”

o-PROCRASTINATION-facebook

 

Ini merupakan pembenaran yang paling pasaran digunakan oleh setiap pekerja di muka Bumi ini. Biasanya, pembenaran ini berakar dari suasana hati yang buruk saat hal yang paling Anda ingin lakukan hanyalah memorak-porandakan meja kerja Anda.

Ada dua hal penting mengenai hal di atas. Pertama, tidak ada yang bisa benar-benar mengtahui cara memberitahu bagaimana suasana hati Anda esok hari. Anda tidak pernah tahu apakah esok hari memiliki suasana hati yang sama, lebih baik atau bahkan lebih buruk daripada hari ini.

Kedua, cukup mengejutkan bahwa ternyata mengerjakan tugas yang berat di kantor dapat memperbaiki suasana hati Anda. Perasaan yang dipacu oleh keinginan menyelesaikan tantangan yang ada di dalam pekerjaan tersebut dapat menaikkan suasana hati yang sedang kurang baik, terlebih jika Anda sudah berencana menghadiahi diri Anda ketika pekerjaan berat tersebut sukses dibereskan.

 

7. “Aduh, Malas…”

Anda bukan malas, Anda hanya takut. Orang yang malas adalah orang yang sepenuhnya tidak peduli akan pekerjaan yang ia hadapi, akan tetapi seorang penunda pekerjaan seringkali adalah sebaliknya. Menurut Zeigarnik Effect yang dikemukakan oleh psikolog asal Rusia Bluma Zeigarnik, orang yang menunda pekerjaannya akan menemukan ‘ketakutan’ dan otak hanya akan berkutat pada bagaimana dan kapan pekerjaan tersebut dimulai. Jika itu terjadi, waktu yang ada semakin menipis.

Hal terbaik yang bisa dilakukan ketika ada rasa takut saat hendak mengerjakan sebuah tugas adalah jangan tahan kreatifitas Anda dalam mengerjakan pekerjaan tersebut. Buang jauh-jauh segala bayangan atau skenario terburuk yang selalu Anda bayangkan bahkan sebelum mengerjakan pekerjaan tersebut. Lakukan pekerjaan tersebut dengan optimistis tanpa merasa takut tidak dapat memenuhi ekspektasi standar kesempurnaan pekerjaan Anda. Namun, Anda juga mesti realistis sehingga Anda akan bisa menerima apapun hasil dari pekerjaan Anda nantinya.

 

8. “Membangun Suasana Hati”

procrastination

 

Ini merupakan pembenaran yang banyak pekerja aplikasikan dalam kegiatannya sehari-hari. Seringkali, membuat kopi dahulu, mengemil dahulu atau mengecek akun sosial media dahulu digunakan sebagai dalih menunda pekerjaan untuk membangun suasana hati yang kondusif untuk memulai pekerjaan. Ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Prof. Joseph Ferrari, Ph.D., dari De Paul University, Chicago, dan Prof. Timothy Pychyl, Ph.D., dari Carleton University in Ottawa, Canada, yang menemukan bahwa seorang penunda pekerjaan sangat aktif mencari pengalihan perhatian yang tidak berhubungan dengan pekerjaan yang sedang ia hadapi. Orang yang produktif tidak menunggu untuk memulai pekerjaannya, mereka memulai dan menyelesaikan pekerjaannya dan bersiap menyongsong pekerjaan selanjutnya. Jadilah produktif.

 

Peluang bagi seorang freelancer untuk menunda pekerjaannya sangat besar karena ia tidak diawasi dengan ketat di kantor, dan bisa didasari oleh berbagai pembenaran di atas. Ketika situasi itu menerpa, Anda dapat menengok 15 Tips yang Wajib Seorang Freelancer Ketahui untuk menyingkirkan segala pembenaran itu. Apakah berbagai keadaan di atas pernah menimpa Anda? Beritahu kami di kolom komentar.

Ryan Gondokusumo
Ryan adalah CEO dan Founder dari Sribu.com. 11 tahun pengalaman di management, product development, strategic dan digital marketing