Kata Yang Paling Bahagia Adalah “Eureka!”

illustration of new idea

Saya bukan seorang siswa teladan saat masih duduk di bangku SMA.

Bolos, terlambat masuk, dan tidur di kelas adalah aktivitas sehari-hari yang selalu saya lakukan secara rutin.

Meskipun demikian, saya tidak (terlalu) menyesali kenyataan tersebut karena kini saya memiliki kenangan dan cerita-cerita seru yang bisa membuat diri tersenyum saat bernostalgia.

Anehnya, salah satu kenangan yang paling membekas di ingatan justru ketika saya berhasil mempelajari sesuatu di kelas.

Saat itu kelas sedang ada di jadwal mata pelajaran matematika di penghujung hari sekolah.

Seperti biasa, saya — yang duduk di pojok belakang kelas — hanya melamun menunggu jarum jam dinding menunjuk ke angka 4.

Fokus lamunan saya tiba-tiba teralih ketika guru berkata, “Yang bisa selesaikan soal ini, boleh pulang lebih dulu.

Seketika api semangat saya pun berkobar (“Kalau pulang lebih dulu berarti ga akan kena macet.. Let’s gooo!“).

Saya tidak ingat spesifik soal & rumus yang menjadi pertanyaan (Trigonometri? Vektor?), yang jelas semua teman sekelas pun mengalami kesulitan untuk memecahkannya.

Setelah mem-push otak untuk berputar sangat-sangat kencang, saya berhasil menjadi murid pertama yang menjawab pertanyaan dengan benar.

Jalanan lengang, saya datang..

Saat itu, saya merasa seperti Archimedes ketika ia menemukan teori sains baru-nya.

Saat itu, otak saya seakan-akan kencang meneriakkan, “Eureka!”.

MANUSIA SELALU HAUS AKAN KEBERHASILAN

Man in Black Suit Sitting on Chair Beside Buildings
Foto oleh Andrea Piacquadio di Pexels

Dari pengalaman di atas, saya menyadari bahwa momen “eureka” adalah salah satu hal yang bisa membuat manusia merasa sangat bahagia.

Kita seringkali mengaitkan sukses dan keberhasilan dengan pencapaian besar seperti mendapat promosi pekerjaan, membeli rumah, dll.

Padahal, keberhasilan pun dapat kita rasakan dalam bentuk “mikro” sekalipun (memahami teori yang kompleks, menggoreng telur dadar yang “sempurna”, menyelesaikan game, puzzle, dsb).

Sebagai penulis Blog Sribu, perasaan ini saya rasakan hampir setiap minggu.

Saya seringkali harus mempelajari teori, prinsip, dan ide baru untuk disajikan kepada para pembaca setia.

Alhasil kata “ohhh” yang kita ucapkan ketika berhasil memahami sesuatu sekarang keluar dari mulut saya secara rutin.

Hal ini tanpa disadari telah membuat saya menjadi orang yang kini selalu merasa lebih bahagia.

DAMPAK “EUREKA!” TERHADAP OTAK MANUSIA

Mari sedikit membahas sisi ilmiah dari fenomena ini.

Ketika mempelajari hal dan skill baru, akan muncul koneksi dan neuron baru di dalam otak.

Kemunculan tersebut menggantikan koneksi dan neuron yang rusak sepanjang hidup manusia.

Para ahli saraf menyebut proses ini sebagai “plastisitas” otak.

Eureka” pun dapat merilis hormon dopamin (senyawa yang memberikan perasaan positif, biasa dikaitkan dengan perasaan jatuh cinta, motivasi, hingga kepercayaan diri) di dalam otak kita.

Dopamin ini membuat aktivitas belajar hal baru menjadi sesuatu yang “menghibur” otak, sehingga menjadi ketagihan untuk selalu dilakukan.

Selain itu, manfaat bagi psikologi dan mental kita antara lain adalah:

    • Membuat diri lebih antusias terhadap segala hal
    • Meningkatkan kepercayaan diri
    • Menghilangkan rasa ketakutan
    • Memberikan pandangan baru terhadap kehidupan

Kesimpulannya?

Mempelajari hal baru dan kata “eureka!” terbukti secara ilmiah bisa menambah kebahagiaan kita, bukan hanya ide belaka!

STAGNASI BISA MEMBUNUH ANDA

“… kalau gini terus, bisa-bisa mati kebosanan deh!”

“Mati kebosanan” adalah sebuah hiperbola yang sering terucap dari mulut kita semua.

Tapi, tahukah Anda kalau itu ternyata bukan sekedar perumpamaan saja?

Man in Gray Jacket Sitting on Green Couch
Foto oleh cottonbro di Pexels

Sekelompok peneliti dari University College London di Inggris melakukan riset terhadap 7500 pegawai sipil dalam jangka waktu 20 tahun.

Ternyata, pekerja yang mengungkap merasa bosan karena stagnasi memiliki kemungkinan lebih dari 2 kali lipat untuk meninggal karena penyakit jantung, jika dibandingkan dengan mereka yang merasa bahagia dengan pekerjaannya.

Kehidupan kita sehari-hari sangat penuh dengan rutinitas, dan ternyata hal ini tidak hanya bisa berdampak buruk terhadap mental kita..

Kesehatan tubuh pun bisa dibahayakan.

Tidak sedikit orang mengaitkan hobi dan aktivitas waktu senggang dengan hal negatif seperti buang-buang waktu, pemalas, kekanakan, dan masih banyak lagi.

Padahal, secara tidak disadari hal ini membantu meningkatkan kualitas hidup kita (ibaratnya, ini olahraga untuk otak dan jiwa)

Semua orang pasti akan menghadapi masa dimana mereka bosan dengan rutinitas kehidupan.

Jika ini terjadi kepada Anda, carilah aktivitas atau passion yang bisa membawa warna baru kepada hidup sehari-hari.

Mempelajari hal-hal terkait hobi baru tersebut akan membuat otak Anda selalu aktif dan meningkatkan “plastisitas” yang dampaknya akan Anda rasakan, sekarang dan di hari tua nanti.

Ketika hidup dan pikiran mulai terasa monoton, kejarlah “eureka!” sebanyak-banyaknya dan buat diri Anda lebih bahagia!

Raski Santika
Raski Santika adalah Business Growth Consultant & Blog Editor Sribu. Melalui tulisannya, ia ingin bantu menginspirasi, mengedukasi, serta membantu para pemilik usaha & talent freelancer digital dari berbagai kalangan untuk terus berkembang.