Bagaimana Sekolah Membentuk Problem Solving Yang Ideal Untuk Kita?

Banyak guru matematika yang memiliki kekhawatiran yang sama,

“Mengapa murid saya tidak bisa menyelesaikan masalah ini? Saya tahu mereka bisa menghitungnya!”.

Menurut Grant Wiggins di blognya yang berjudul “The Dismal State of Mathematics Education”, itu bukan karena siswa Anda tidak dapat memecahkan masalah, tetapi kita tidak pernah diajarkan bagaimana cara memecahkan masalah di sekolah.

Wiggins pernah melakukan survey terhadap 7.600 siswa dan menemukan hal yang sudah tidak asing lagi. Pelajaran apa yang paling TIDAK diminati oleh para siswa? Jawabannya tentu saja matematika.

Komentar dari para siswa tentang matematika pun beraneka ragam, seperti:

  • Mata pelajaran yang terlalu banyak aturan dan tidak menarik untuk dipelajari
  • Sulit, membingungkan, dan tidak masuk akal
  • Terlalu banyak pengulangan, semuanya hanya tentang menggali sampai kita bisa lakukan dengan benar
  • Saya buruk dalam matematika dan tidak pernah berkembang

Dan ada komentar yang tipikal yaitu karena mereka sering merasa bodoh, tidak percaya diri dan berakhir panik di setiap ujian matematika. Menurut pandangan saya, ada sesuatu yang salah di sini. Jika tujuan matematika adalah memecahkan masalah tetapi para siswa tidak melihat hubungan antara apa yang terjadi di kelas matematika dan kehidupannya, maka kita tidak menangkap ide utama dari pelajaran ini.

Wiggins pernah mengutip perkataan Ian Robertson,

“Sederhananya, Anda memiliki masalah ketika Anda diminta untuk bertindak tetapi tidak tahu harus berbuat apa.”

Beberapa tahun lalu, saya mengikuti seminar entrepreneurship di kampus. Pembicara bertanya seberapa sering kami melihat dosen/guru sebagai role model yang hebat dalam memecahkan masalah yang belum pernah kami lihat sebelumnya.

Semua ragu untuk mengangkat tangannya. Kita merasa dosen/guru pun terpaku oleh buku, jika tidak tertulis di buku berarti tidak ada solusinya. Kita sudah menjadi manusia “text-book”. Padahal yang kita bicarakan adalah dunia usaha, di mana pasti akan terjadi banyak masalah baru. Namun, kita tidak tahu cara mengatasinya karena tidak pernah Anda pelajari di buku.

“Jadi menurut Anda, mengapa siswa merasa frustasi setiap malam ketika seorang guru atau dosen mengirim mereka pulang dengan masalah yang mereka tidak tahu bagaimana menyelesaikannya dan mereka tidak tahu jawabannya?”

Inilah sebabnya mengapa kita sangat berjuang hanya untuk pemecahan masalah. Secara sederhana, yang kita butuhkan hanya pemikiran bertahap dan rinci. Ken Watanabe dalam bukunya “Problem Solving 101”, menjelaskan bahwa langkah awal dalam menyelesaikan sebuah masalah adalah dengan menemukan akar masalahnya terlebih dahulu.

Profesi yang selalu berkutik di setiap pekerjaannya dengan problem solving adalah dokter. Bayangkan Anda mengalami batuk-batuk, Anda otomatis curiga kalau terkena Covid. Banyak kerabat mengatakan hal yang sama dan Anda merasa sangat takut. Akhirnya Anda coba konsultasikan dengan dokter.

Apakah dokter langsung mendiagnosa Anda positif covid? Tentu saja tidak. Dokter pasti akan mencari akar masalah terlebih dahulu dengan menanyakan Anda beberapa hal, seperti:

  • Apa saja yang Anda rasakan selama batuk-batuk?
  • Apakah penciuman Anda masih berfungsi?
  • Aktivitas apa saja yang Anda lakukan beberapa hari ini?
  • dan pertanyaan lainnya.

Setelah itu, mungkin dokter juga akan meminta Anda untuk melakukan beberapa tes, misalnya seperti:

  • Cek suhu badan
  • Cek keadaan di tenggorokan
  • Pengambilan darah
  • Rontgen thorax
  • sampai tes PCR

Pada akhirnya, dokter tahu ternyata Anda hanya terkena radang tenggorokan, maka barulah dokter memberikan obat dan penanganan yang tepat.

Bayangkan jika dokter tersebut langsung mendiagnosa Anda dengan Covid sejak awal. Tidak lucu kan, kalau Anda harus di karantina padahal tidak terkena Covid?

Itulah contoh dalam menemukan akar masalah dan mencari solusinya.

Pemecahan masalah bukanlah bakat yang dimiliki beberapa orang. Kebiasaan yang diterapkan oleh sekolah membuat kita berpikir bahwa rumus singkat sudah menjadi problem solving yang ideal, sehingga membuat kita enggan mencari tahu cara yang lebih efektif.

Dengan mengembangkan keterampilan yang tepat dan mengadopsi sikap yang benar, siapa pun bisa menjadi pemecah masalah.

Yang harus Anda lakukan adalah memahami situasinya, mengidentifikasi akar masalahnya, mengembangkan rencana yang efektif, dan melaksanakannya.

Bahkan jika masalah yang Anda hadapi besar dan rumit, Anda bisa memecahnya menjadi masalah yang lebih kecil dan dapat mengelolanya agar mudah menyelesaikannya.

Setelah Anda mempelajari dasar dari pendekatan pemecahan masalah, Anda dapat berhenti merasa panik dan mendapatkan kepercayaan diri untuk memecahkan masalah apa pun yang Anda hadapi dalam hidup. Entah itu tentang nilai ujian di sekolah, pekerjaan, atau kehidupan pribadi Anda.

Anda juga bisa ketik pertanyaan Anda di Google dan tambahkan Blog Sribu di akhir pertanyaan tersebut. Ini menunjukkan artikel terkait dari Blog Sribu, yang kualitasnya sudah tentu terjamin.