Rolex, Strategi Testimoni Jadi Kunci 

Siapa yang tidak mengetahui Rolex? 

Brand jam tangan yang didirikan pada tahun 1905 oleh Hans Wildorf ini selalu terdepan dalam persaingan jam tangan mewah.

Rolex mulai bersinar ketika membuat jam tangan tahan air pada 1926. Pada saat itu, tidak ada perusahaan yang memproduksi jam tangan tahan air, sehingga Rolex mampu memonopoli pasar. 

Sesuai dengan kemewahan dan gaya yang diusung oleh Rolex, jam tangan ini pernah terjual seharga $17,8 juta yaitu jenis Rolex Daytona karya Paul Newman

Sangat mahal kan?

Dengan harga yang mahal, Rolex harus mampu mempertahankan brand mereka di pasaran. Lantas, bagaimana cara perusahaan jam tangan ini membranding diri sebagai jam mahal? Dan bagaimana juga Rolex dapat menarget pasarnya sendiri?

Awal Mula Kejayaan Rolex

Keberhasilan pemasaran suatu produk terletak pada keberhasilannya mengidentifikasi kebutuhan pasar. 

Pada tahun 1900-an tidak banyak orang menggunakan jam tangan, kebanyakan menggunakan jam saku. Alasannya, sekitaran tahun itu, jam tangan sangat rawan rusak jika terkena air dan debu. 

Lalu Rolex mengeluarkan terobosan dengan menciptakan jam tangan tahan air. Tidak main-main, untuk memperkenalkan fitur terbarunya ini, Rolex menggandeng perenang asal Inggris, Mercedes Gleitze. Perenang ini berhasil menyeberangi selat Inggris dengan memakai jam tangan Rolex. 

Hal ini menciptakan efek yang sangat baik bagi brand Rolex, bahkan hingga dimuat di halaman depan Daily Mail

Setelah kejadian tersebut, Rolex sering melakukan promosi dengan sistem ini, atau yang saat ini sering kita sebut Endorsement

Bukan hanya itu saja. Pada tahun 1930-an, Rolex melakukan strategi pemasaran yang sama dengan menggandeng para pendaki Gunung Everest. Sekali lagi, Rolex menunjukkan pada dunia bahwa produk buatannya mampu bertahan pada cuaca yang ekstrim. 

Strategi pemasaran yang Rolex gunakan dengan menggandeng orang-orang terkenal dan menjadi sponsor acara yang berhubungan dengan target pasar, membuat Rolex sukses mendapatkan pasarnya.

Menjadi mitra dan sponsor di beberapa kegiatan seperti Eksplorasi Laut Dalam, Golf, Formula-1, Kejuaraan Tenis, Pacuan Kuda, beberapa acara Seni dan Budaya, membuat brand Rolex mendapatkan pengakuan akan kualitas, kemewahan, eksklusivitas, kebanggaan dan kewibawaan.  

Menjual Kesuksesan??

Rolex menampilkan dirinya sebagai simbol perayaan, pencapaian dan keunggulan. Hal ini dikuatkan dengan munculnya jam tangan ini pada acara acara bergengsi dan penting, serta orang-orang terkenal yang menggunakan jam ini. 

Sean Connery pemeran film James Bond 1962-1982 ikut berperan dalam brand Rolex. Semua film 007 yang dibintanginya menggunakan jam tangan Rolex. 

Padahal dalam perannya, Sean dituntut untuk melakukan berbagai aktifitas seperti berenang, berkelahi, memanjat gedung, dan lainnya. Secara tidak langsung, Rolex menunjukkan kualitasnya pada dunia.

Iklan Rolex tidak pernah mengoceh tentang detail teknis, atau menekankan betapa luxury-nya brand mereka. Ini menunjukkan bahwa Rolex tidak ingin dianggap hanya sekadar jam tangan, tetapi hadiah untuk kesuksesan. 

Berikut ini beberapa slogan yang pernah digunakan untuk membuktikan bahwa Rolex tidak hanya sekedar jam tangan.

A Crown for Every Achievement

Dengan slogan ini, Rolex ingin menekankan bahwa mereka merupakan brand untuk orang yang sukses. Ketika mencapai kesuksesan atau mendapatkan prestasi, Anda harus memilki Rolex untuk merayakannya. 

Analogi mahkota tentu mengarah pada logo mereka. Dengan slogan ini, membuat Rolex berhubungan erat dengan pencapaian dan kesuksesan.

Every Rolex Tells a Story

Ide dari slogan ini adalah untuk menyoroti setiap kisah sukses dari pembelinya. Setiap pembeli jam tangan ini memiliki kenangan seumur hidup.

Loyalitas Konsumen Yang Tak Tergoyahkan

Ketertarikan yang kuat dari konsumen menciptakan loyalitas untuk brand tersebut. 

Dengan loyalitas brand yang tak tergoyahkan, membuat Rolex hampir tidak memerlukan strategi lain untuk menarik konsumennya. 

Rolex dianggap sebagai pusaka keluarga untuk diwariskan kepada generasi mendatang. 

Rolex bukan hanya jam tangan. Saya pikir itu jauh lebih dari itu. Ini mewakili nilai-nilai yang kita semua harapkan tidak hanya dimiliki diri kita sendiri tetapi juga untuk diteruskan ke generasi berikutnya.

Ana Ivanovic (Juara Grand Slam)

Bukti loyalitas konsumennya tidak hanya datang dari testimoni para selebriti saja, tetapi Rolex memutuskan untuk menunjukkan surat-surat yang mereka terima sejak tahun 1950-an yang menunjukkan betapa Rolex dihargai lebih dari sekadar jam tangan. 

Sayangnya halaman website yang berisi surat-surat tersebut sudah dihapus, namun Anda masih bisa membacanya melalui website ini

Berikut ini saya mengutip sebuah surat tertanggal 10 Mei 1986 dengan judul “Hewn From A Solid Block Of Ice”.

Dengan melihat strategi yang sudah Rolex gunakan, tidak heran jika brand jam tangan ini tetap kuat hingga saat ini. Tampaknya strategi Rolex adalah untuk menunjukkan keabadian di beberapa generasi. 

Namun, akan menjadi menarik jika kita lihat saat ini perkembangan jaman semakin maju. Kecerdasan teknologi menjadi yang utama, lantas bagaimana nasib Rolex? 

Apakah Rolex akan kembali menghadirkan sesuatu yang inovatif untuk mempertahankan mahkotanya?

Kesimpulan

Rolex adalah perusahaan jam tangan yang sukses karena aktivitas promosinya yang efektif.

Strategi promosi Rolex adalah teknik pemasaran psikologis yang menciptakan kesan tertentu dibenak pelanggannya. Kesan ini terbentuk dengan menggandeng orang-orang terkenal dan menjadi sponsor acara-acara tertentu.

Rolex berhasil membranding diri sebagai mahkota kesuksesan, orang-orang dengan pencapaian tertentu wajib memiliki jam tangan ini. Hal ini didukung dengan pemilihan logo, slogan, dan brand ambasador yang mereka gunakan.

Rolex telah menciptakan reputasi terkait dengan kualitas, kemewahan, eksklusivitas, kebanggaan dan kewibawaan. Oleh karenanya, Rolex memiliki basis loyalitas pelanggan yang kuat.