7 Strategi Sribu Bertahan dari Resesi Ekonomi Krisis COVID-19

7 strategi sribu resesi ekonomi

Dunia telah dikabari tentang sebuah virus baru yang berbahaya sejak akhir tahun 2019. Namun, tidak satupun negara memberi respon terbaik atas peringatan itu.

Hari ini, 180+ negara mengalami pandemik global virus corona atau COVID-19 sebagai konsekuensi.

Tidak hanya mengancam kesehatan manusia, COVID-19 pun mengancam perekonomian dunia yang mengakibatkan resesi ekonomi terjadi kembali.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi melambat di angka 4.8% tahun ini, COVID-19 jelas merupakan ancaman yang nyata bagi bisnis. Banyak industri yang sudah kena dampak resesi ekonomi lebih awal. Industri pariwisata, penerbangan, otomotif, konstruksi kena hantaman yang paling parah. Sales daripada usaha di industri tersebut turun hingga 80-90% dan banyak juga yang tidak dapat bertahan dan sudah tutup. Ini menyebabkan banyak orang yang jobless, tidak ada income, ekonomi pun tersendat.

Secara rasional, bisnis dipaksa untuk mengubah orientasi dari growth atau mencari pertumbuhan bisnis ke survival atau bertahan hidup di tengah krisis. Kami pun juga harus cepat mengantisipasi hal ini di Sribu.

7 Strategi Sribu Bertahan di Tengah Resesi Ekonomi

1. Talk to your client. Beri nilai tambah

Di masa yang penuh dengan ketidakpastian, kami rutin berbicara dengan klien dan bertanya bagaimana Sribu bisa membantu bisnis mereka yang terkena ancaman resesi ekonomi. Karena kami yakin bahwa di masa COVID-19 dimana social distancing terjadi, maka online channel adalah jawabannya. Tips dan konsultasi bantuan ini kami berikan kepada klien existing kami tanpa bayaran tambahan.

Kami percaya di saat susah seperti ini, the least thing yang kami dapat lakukan adalah membantu agar bisnis mereka tetap dapat survive imbas resesi ekonomi melalui keahlian berbisnis online yang kami miliki karena kami sendiri telah 8 tahun berbisnis online via sribu.com dan rata-rata klien kami bergerak di bisnis offline.

Memberikan nilai tambah kepada klien melalui berbagai keahlian yang kami miliki dapat membantu untuk menjaga hubungan yang baik antara klien dan kami. Di sisi lain, apabila kami dapat membantu klien kami dan berhasil, itu adalah sebuah kebahagiaan bagi kami juga.

2. Menemukan peluang dari bisnis yang naik di saat COVID-19

Di situasi survive dari ancaman resesi ekonomi pada krisis COVID-19, kita harus melakukan perubahan pada sales. Kami mapping tipe-tipe klien yang bisnisnya naik di situasi ini. Contoh klien-klien yang bisnisnya naik di situasi ini adalah hand sanitizer, toiletries dan groceries. Kami buat listnya dan fokus hampir 80-90% di klien-klien tersebut.

Salah satu contoh yang terjadi adalah, kami ketemu seorang klien yang memiliki hotel, namun di samping bisnis hotel, dia juga memiliki bisnis manufacturing produk hand sanitizer. Dari situ, saya dan tim membantu klien menemukan peluang agar bisnis mereka tetap berjalan untuk mitigasi dampak resesi ekonomi terhadap bisnis klien kami. Apalagi, klien kami memiliki produk yang sangat relevan di saat seperti ini.

Menjual produk atau fitur yang membantu minimalisasi kontak antar manusia dan/atau menunjang desinfektan akan menarik perhatian berbagai pihak dari mulai pemerintah, konsumen hingga media. Berangkat dari analisis bisnis dan perilaku konsumen di masa krisis, Sribu berhasil membantu klien melakukan seluruh proses bisnis secara online dari proses pemesanan hingga pengiriman melalui infrastruktur digital yang matang. Dengan begitu, pelanggan dari klien kami bisa mendapatkan produk atau layanan tanpa harus merasa kecewa dengan proses yang lama, ribet atau tidak bisa diandalkan.

3. Fokus kepada cash flow perusahaan: Cash is king

Ketika menghadapi resesi Cash is King atau, dalam pepatah Tiongkok, Cash is Emperor. Kami sangat menyadari perlunya strategi yang tepat dalam mengatur cash flow perusahaan di tengah masa krisis. Memiliki uang tunai dengan jumlah yang banyak di masa resesi ekonomi dapat membantu perusahaan mengamankan internal cash untuk membayar pengeluaran.

Setiap hari selalu  adan pengecekan terus terhadap cash flow movement kami. Dipastikan agar semua receiveable dapat dikumpulkan dan sebisa mungkin payable kami tahan hingga deadline tapi pasti tetap akan kami bayar karena vendor-vendor kami pun juga rekan atau mitra kami. Pastikan jangan sampai cash kalian stuck di aset yang tidak liquid seperti bond jangka panjang.

4. Keep strategic expenses, cut non-strategic expenses

Di Sribu, saya membedakan pengeluaran atau expenses ke dalam dua jenis di masa krisis ini, yaitu pengeluaran strategis (strategic expenses) dan pengeluaran non-strategis (non-strategic expenses). Strategic expenses – yang masih berjalan hingga saat ini – adalah segala bentuk pengeluaran untuk berbagai aktivitas marketing yang tujuan akhirnya adalah menghasilkan penjualan atau sales bagi perusahaan. Sementara itu, non-strategic expenses adalah segala bentuk pengeluaran yang hasil akhirnya bukan untuk penjualan, misalnya rencana Sribu untuk pindah lokasi kantor.

Di awal bulan Maret, ketika aturan work from home mulai marak, management Sribu langsung mengadakan meeting mendadak. Ada 3 poin penting dari meeting kami saat itu:

  1. Sewa kantor kami akan berakhir di bulan April 2020
  2. Kami sudah menemukan lokasi untuk kantor baru tapi persetujuan untuk masuk ke kantor baru belum kami tanda tangani
  3. Work from home ini akan lama, karena virus COVID-19 belum ditemukan dan penyebarannya sangat cepat. Ada kemungkinan juga bisa terjadi lockdown di Jakarta.

Akhirnya dengan cepat kami membuat keputusan untuk menunda rencana pindah kantor karena kelihatannya ada kemungkinan work from home ini dapat berjalan sampai 6 bulan ke depan. Dengan ini sebuah non-strategic cost (sewa kantor) yang besar dapat kami hemat.

5. Work from home (WFH) beda dengan work from office (WFO). Pastikan Anda memiliki aturan dan KPI yang jelas bagi tim Anda

Work from home (WFH) merupakan upaya untuk memutus rantai penyebaran COVID-19 di masyarakat. Di 2 minggu pertama, kami langsung merasakan perubahan yang besar dibandingkan bekerja dari kantor. WFH memiliki tantangan tersendiri mulai dari:

  1. Komunikasi yang lebih susah karena tidak bertemu
  2. Control tim yang lebih susah karena tidak bertemu
  3. Point 1 dan 2 menyebabkan produktivitas kerja menurun

Dari sini ada 2 hal yang saya lakukan sebagai solusi dari tantangan ini yaitu:

  1. Di poin no 1, masalah komunikasi ini kami cari solusinya dengan mengubah cara tim berkomunikasi. Sebelumnya apabila di kantor, meeting tim yang kami lakukan adalah 3 hari sekali. Dengan WFH, kami ubah meeting via google hangout menjadi setiap hari.
  2. Kami telah memiliki key performance indicators (KPI). Di situasi dimana saya tidak dapat control tim Anda sebaik apabila bekerja dari kantor, maka saya akan bekerja dan memantau hasilnya saja. Hasil tersebut berupa KPI yang telah dibuat di awal tahun. Setiap hari meeting kita bicarakan tentang progress KPI ini, bukan prosesnya.

Setelah kami lakukan 2 perubahan tersebut maka produktivitas tim menjadi lebih bagus dan terkontrol

6. Manajemen pasang badan terlebih dahulu

Di masa seperti ini peranan management sangat penting. Karena ancaman resesi ekonomi ini, kami sudah forecast bahwa keadaan akan sangat berat 6-9 bulan ke depan, oleh karena itu saya dan tim manajemen langsung melakukan langkah awal untuk mengurangi hingga tidak mengambil gaji demi keberlangsungan perusahaan dan karyawan ketika diperlukan. 

Baca juga: Awal Perjalanan Startup Kami, Sribu Mendapatkan 10.000 Klien

Future sales tidak dapat kami prediksi, sementara pengeluaran adalah sesuatu yang dapat kita control. Di situasi ini manajemen harus pasang badan terlebih dahulu. Namun di sisi lain pun, kami telah mengkomunikasikan ke seluruh anggota tim secara transparan bahwa apabila keadaan memburuk, kami semua sepakat untuk menyesuaikan jumlah hari kerja dan gaji ketika diperlukan. Transparansi di masa kritis memiliki peran yang sangat vital agar seluruh pihak dapat memiliki ekspektasi yang terukur dan lebih siap dengan segala kemungkinan di depan.

7. Evaluasi dan pemantauan yang serius tentang perubahan situasi external

Faktor eksternal seperti dinamika kebijakan pemerintah terkait Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Jakarta serta dampaknya terhadap bisnis adalah hal yang harus kita ikuti terus karena situasi dapat berubah dalam hitungan menit, bahkan detik. Maka dari itu, kami sangat sadar pentingnya mengikuti perkembangan isu, menganalisa dampaknya terhadap bisnis, dan menentukan langkah-langkah strategis yang paling tepat bagi perusahaan dan karyawan. Tujuan akhir dari seluruh strategi bisnis Sribu adalah meminimalisasi dampak finansial maupun nonfinansial sebesar mungkin bagi perusahaan.

Ancaman resesi ekonomi dunia akibat COVID-19 membuat saya semakin memahami dinamika bisnis yang bisa datang begitu saja. Untuk dapat memenangi perang yang berat ini kita harus mengetahui teman kita, diri sendiri dan peperangan kita.

Know your friend, know yourself and know your battle.

Ryan Gondokusumo
Ryan adalah CEO dan Founder dari Sribu.com. 11 tahun pengalaman di management, product development, strategic dan digital marketing