9 Pertimbangan Yang Harus Anda Ketahui Sebelum Outsource Content Marketing Anda

Time to make blog post

Pemasaran konten atau content marketing telah menjadi trend untuk mendapatkan pelanggan atau audience dari website/blog zaman sekarang. Bagaimana caranya?

Yang menjadi senjata utama content marketing adalah tulisan, gambar, atau video yang memiliki daya tarik untuk di-share atau dibagikan ke social media karena memiliki value terhadap audience yang diinginkan.

Tetapi membuat content itu tidaklah mudah.

Berdasarkan riset HubSpot, untuk membuat blog post saja, 26% marketer professional di Asia membutuhkan waktu minimal 2-4 jam.

Time to make blog post

Via HubSpot

Dengan jam kerja 8 jam sehari, sebuah blog post yang dilakukan oleh non-profesional bisa memakan satu hari kerja.

Apa solusinya?

Solusi yang menjadi trend sekarang ini adalah untuk outsource atau melempar pekerjaan membuat content marketing ke pekerja lepas atau freelancers.

Outsourcing content marketing punya banyak manfaat bagi sebuah bisnis. Selain menghemat waktu, outsourcing juga dapat menekan biaya dan resiko kegagalan Anda karena mereka yang dipekerjakan umumnya memiliki skill dan keahlian yang sesuai permintaan.

Masih bingung menentukan perlu atau tidaknya outsource content marketing? Berikut adalah 9 pertanyaan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan!

1. Apakah tim Anda memiliki skill yang dibutuhkan?

Seorang content marketer harus memiliki tiga skill berikut: networking skill, domain expertise dan writing skill.

Seseorang bisa mempunyai salah satu atau dua dari kemampuan tersebut namun untuk memiliki ketiganya – itu sangat jarang.

Menurut survey, 42% perusahaan tidak memiliki karyawan yang mampu menerapkan ilmunya di bidang content marketing.

Dan sebanyak 32% pemilik bisnis mengaku kesulitan mencari seseorang yang memiliki ketiga skill sekaligus diatas.

Outsourcing memungkinkan Anda bekerja dengan pakar-pakar di bidang tersebut. Begitu juga dengan content marketing yang memiliki kemampuan menulis, mendesain maupun mengurus social media accounts.

Misalnya, Anda diharuskan untuk mengurusi blog perusahaan tapi Anda tidak memiliki pegawai yang pakar dalam bidang article writing atau membuat infografik…

Nah…di sinilah outsource content marketing dapat menjadi solusi.

content marketing trifectaVia HelpScout

2. Seberapa banyak data perusahaan yang dapat dipublikasikan?

Dalam content marketing, sebuah perusahaan dapat bersikap transparan atau tertutup terhadap konsumennya.

Bersikap transparan contohnya, membawa konsumen ke proses behind-the-scene pembuatan produk atau memperkenalkan mereka dengan strategi atau rahasia perkembangan sebuah perusahaan.

Informasi yang detail ini biasanya disukai oleh konsumen karena mereka merasakan kedekatan dengan sebuah produk/jasa.

outsource or in houseVia SearchEngineJournal

Namun, tidak semua bisnis bersedia untuk menjadi transparan karena berbagai hal yang bersifat confidential.

Jika Anda bersedia untuk “blak-blakan” dengan konsumen, maka outsourcing content merupakan pilihan yang tepat karena Anda tak segan menyerahkan data-data perusahaan kepada para freelancer ini.

Tapi jika Anda merasa tidak nyaman ketika orang asing mengakses bagian internal perusahaan, bukan berarti Anda tidak bisa outsource pekerjaan Anda.

Anda hanya perlu membatasi jumlah informasi yang dibagikan kepada freelancers.

3. Berapa budget content marketing yang Anda perlukan?

Budget menentukan pilihan. Terlebih jika Anda berniat untuk mempromosikan produk/jasa lewat content marketing – maka paling tidak, anda harus rutin update content tiga kali seminggu atau bahkan setiap hari.

Belum lagi mengurus website dan merekrut social media admin.

Berapa alokasi budget untuk content marketing Anda?

Jika jawabannya tidak banyak, maka outsourcing bisa menjadi solusi.

Salah satu manfaat outsourcing yakni menekan biaya karena Anda hanya membayar sebanyak konten yang dibutuhkan, tanpa tunjangan karyawan dan lain sebagainya.

4. Bekerja dengan freelancer atau agency?

Sebelum menjawab pertanyaan diatas, kita perlu mengetahui perbedaan freelancer dan agency.

Freelancer memiliki sistem perorangan (self-employed). Artinya, seseorang bekerja sendiri sesuai dengan skill-nya.

Sedangkan istilah agency memiliki ‘kesan’ yang lebih professional dan biasanya memiliki beberapa staff (minimal 3 orang) yang mengerjakan load dalam jumlah lebih besar dibandingkan seorang freelancer.

freelancers or agenciesVia Quicksprout

Perbedaan signifikan yang ada pada keduanya adalah: Harga.

Apalagi jika budget perusahaan sangat terbatas, harga menjadi salah satu pertimbangan utama saat menjalankan strategi marketing.

Saat Anda bekerja dengan seorang freelancer, perhitungan biaya umumnya didasarkan pada sulit tidaknya konten tersebut dan berapa lama mereka dapat menyelesaikannya.

Berbeda dengan freelancer, sebuah agency bisa menjadi one-stop-service untuk segala keperluan content marketing mulai dari SEO, website, dan update konten.

Tetapi harga agency juga jauh lebih tinggi daripada freelancer karena pertimbangan operasional, sewa kantor, dan lain sebagainya.

Bonus lebih saat bekerja dengan para freelancer adalah, mereka sudah terbiasa mengerjakan hal yang spesifik, seperti menulis blog SEO, mendesain logo atau membuat website.

Jika Anda memiliki kebutuhan yang spesifik dengan jumlah yang kecil, maka outsourcing freelancer adalah solusi yang sangat ideal.

Tapi jika perusahaan Anda memiliki budget yang berlebih dan tidak mau repot dengan urusan pemasaran konten, agency bisa membantu Anda.

5. Apakah content marketing Anda memiliki niche yang spesifik dan relevan?

Seorang karyawan direkrut berdasarkan skill atau pengalamannya. Begitu juga saat seseorang membentuk tim untuk content marketing.

Mereka diharapkan memiliki skill yang sudah disebutkan di atas tadi (domain expertise, networking dan writing).

Saat Anda merekrut seorang penulis maupun social media admin, Anda mungkin telah merekrut orang yang tepat: Berpengalaman di bidangnya, mampu menulis, me-manage social media dengan baik, dan seterusnya.

Tapi apakah ia juga familiar dengan industri usaha Anda?

Sebuah konten yang efektif akan berkomunikasi secara efektif kepada pembaca, sehingga dibutuhkan penulis yang benar-benar expert dalam sebuah industri.

talking to gif

Via KnitYorkCity

Keutungan memilih freelancer adalah biasanya skill mereka sudah terbentuk.

Ada yang paham betul bidang teknologi, ada juga yang sangat expert di bidang menulis artikel tentang kesehatan, kuliner, otomotif, dan sebagainya.

Anda bisa request secara spesifik skill atau expertise di bidang yang Anda perlukan.

6.  Apakah Anda memiliki tim yang mampu menghadapi tantangan di dunia content marketing?

Menurut survey yang dilakukan oleh LinkedIn, dua tantangan terbesar dalam content marketing adalah:

  1. Membuat konten yang relevan dan disukai pembaca
  2. Membuat konten dalam jumlah yang cukup

Anda harus dapat meyakinkan diri sendiri bahwa tim yang Anda miliki saat ini, mampu mengatasi dua tantangan tersebut. Jika tidak, ini saatnya untuk outsource content marketing.

content marketing challenge

Via iElectrify

7. Bagaimana mereka memahami tujuan strategi content marketing Anda?

Setiap perusahaan memiliki pemahaman berbeda terhadap content marketing.

Tak heran jika content marketing goal dari bisnis X bisa lain dengan goal bisnis Y.

Dengan sifat freelancer sebagai pekerja lepas, tidak kecil kemungkinan seorang freelancer mendapatkan project dari beberapa perusahaan berbeda dengan tujuan dan strateginya masing-masing.

Agar sesuai dengan ekspektasi Anda, perlu adanya guideline atau briefing yang memastikan semuanya berjalan di jalur yang benar.

Contohnya seperti ini, content marketing goal blog Anda adalah menambah 100 subscriber per bulannya. Lalu Anda memutuskan untuk menyewa seorang freelancer yang bisa membuat 3 artikel per minggu.

Seorang freelancer walaupun mampu membuat artikel yang sangat baik, namun tidak paham dengan tujuan blog Anda (tidak menghasilkan subscriber baru), maka konten tersebut akan sia-sia.

Jadi apabila Anda memilih untuk outsource content marketing, pastikan freelancer tersebut paham betul dengan tujuan dan strategi perusahaan Anda.

Grafik di bawha ini memberikan contoh-contoh metrics yang menjad KPI atau tolak ukur kesuksesan sebuah content marketing:

content marketin metrics

Via MarketingLand

8. Apakah mereka memberikan garansi?

Faktor utama mengapa perusahaan ragu menggunakan jasa freelancer adalah karena mereka takut freelancer tidak bisa memberikan hasil sesuai ekspektasi.

Saat content marketing diterapkan dalam sebuah bisnis, hasilnya memang tidak bisa instan. Apabila Anda mengincar hasil SEO, perlu beberapa bulan untuk muncul di halaman awal Google.

Karena beberapa kegiatan content marketing memerlukan komitmen jangka panjang, Anda perlu mengecek, apakah outsource content marketing yang dipilih dapat memberikan bukti bukan hanya janji.

Oleh karena itu kalau Anda memilih untuk menggunakan jasa freelancer, pilihlah platform seperti Sribulancer yang memberikan garansi uang kembali dan memastikan freelancer tersebut tidak kabur.

sribulancer banner

9. Bagaimana content marketing dapat menjadi support untuk departemen lain dalam bisnis Anda?

Content marketing juga termasuk salah satu usaha pemasaran yang sifatnya soft-selling. meski hanya soft tapi tetap saja tujuannya menjual produk/jasa.

Contohnya, Anda menjual produk kosmetik dan ingin menerbitkan konten yang berisi tips merawat kulit dan membersihkan wajah.

Maka, seorang content marketer harus dapat menghubungkan tips tersebut dengan produk yang dijual. Dengan demikian, orang yang mencari info seputar konten tadi akan lebih tertarik untuk berkunjung ke website kosmetik Anda.

Itu artinya, sebuah konten harus dapat menjelaskan produk yang dijual dengan baik serta menyampaikan benefit-nya secara efektif kepada audiens.

Content Marketing Funnel

Via TrishadigitalMarketing

Meskipun content marketing hanyalah salah satu dari sekian banyak teknik pemasaran dalam bisnis Anda, teknik ini  turut menyumbang keberhasilan suatu usaha. Content marketing yang efektif mampu menyediakan konten bermanfaat untuk audiens sekaligus mengenalkan produk/jasa Anda lebih luas lagi.

Semoga 9 pertanyaan di atas dapat menjadi pertimbangan untuk memutuskan perlu tidaknya outsourcing content marketing Anda.